Perkembangan Teh di Indonesia
Perkembangan Teh di Indonesia
Teh (Camellia
sinensis (L) O. Kuntze) berasal dari daratan Cina. Oleh orang-orang Belanda
dan Inggris teh dibawa ke
Secara botani tanaman teh dikenal dalam dua jenis yaitu Teha sinensis dan Teha assamica. Beberapa data menyebutkan bahwa tanaman teh ada di
Indonesia sejak tahun 1684 yang dibawa oleh Andrres Cleyer Belanda, ditanam di
Jawa dengan bibit dari Jepang. Pada saat pertama kali diperkenalkan di
Pada tahun 1728 Pemerintahan Hindia Belanda menganggap
perlu untuk mendatangkan biji teh dari Cina dan menyemaikan di Jawa dalam upaya
pengembangan budidaya teh. Namun
demikan upaya ini juga belum mendatangkan hasil yang memuaskan.
Pada permulaan abad ke 19
mulai ada titik terang dalam pengembangan tanaman teh sebagai tanaman
perkebunan. Pada tahun 1826 percobaan-percobaan yang dilakukan oleh kebun
Botani di Bogor telah menunjukan hasilnya, dan pada tahun 1828 dibangun
perkebunan teh yang pertama di Indonesia olehseorang ahli Teh yaitu: Jacobus Isidorus Loudewijk Levian Jacobson (1828). Sejak tahun 1872 mulai
import jenis Asamica untuk menggantikan jenis teh Cina karena produksinya lebih
tinggi.
Daerah yang pertama melakukan percobaan penanaman teh meliputi Banten, Priangan, Karawang, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Jepara, Surabaya, Besuki, Banyumas, Bagelan, dan Kedu serta seluruh Karisidenan kecuali Priangan, Cirebon dan Bangelan karena kurang menguntungkan.
1. Perkembangan Areal
Sampai saat ini teh masih merupakan satu andalan ekspor non migas Indonesia menduduki peringkat ke 5 setelah India, Sri Langka, Cina serta Kenya sebagai sumber devisa, teh setelah karet, kopi dan kepala sawit.
Sejak awal penanamannya, tanaman teh secara khusus dipersiapkan baik perkebunan besar, baik yang usaha negara atau swasta. Penanaman oleh pihak perkebunan dimaksudkan agar pengusahaan tanaman terkoordinasi melalui manajemen yang memadai, mengingat orientasi penjualanya untuk kepentingan ekspor.
Berdasarkan kepemilikan perkembangan
luas areal tanaman teh di
Tabel 1 : Data Produksi Teh Nasional Tahun 1995 -
2009
Tahun |
Perkebunan |
Total (Ha) |
|
||
Rakyat (Ha) |
Swasta (Ha) |
Negara (Ha) |
Produktivitas ( Kg/Ha ) |
||
1995 |
61.202 |
20.531 |
60.469 |
142.202 |
1.123 |
1996 |
65.372 |
22.511 |
66.302 |
154.185 |
1.278 |
1997 |
64.498 |
20.898 |
68.416 |
153.812 |
1.298 |
1998 |
65.481 |
21.678 |
69.521 |
156.686 |
1.362 |
1999 |
65.272 |
22.596 |
68.972 |
156.840 |
1.326 |
2000 |
67.100 |
42.312 |
44.263 |
153.675 |
1.358 |
2001 |
67.580 |
38.738 |
44.554 |
150.872 |
1.524 |
2002 |
66.289 |
39.810 |
44.608 |
150.707 |
1.470 |
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 |
64.742 63.304 63.390 60.832 60.893 60.953 61.014 |
36.874 35.053 35.053 35.298 35.312 35.326 35.340 |
41.988 44.409 44.404 45.857 45.870 45.883 45.908 |
143.604 142.766 142.847 141.987 142.075 142.162 142.262 |
1.400 1.323 1.322 1.210 1.210 1.210 1.209 |
Sumber : Ditjenbun, 2010
2. Pemasaran
Sebagai bahan minuman teh tidak dapat disubstitusi oleh produk lain oleh karena itu, teh masih terus diproduksi untuk memenuhi permintaan penggemarnya. Selama teh masih dibutuhkan oleh para konsumen, teh tetap terbuka peluang pasar.
Salah satu ciri produk perkebunan adalah produksi tidak dapat diatur sesuai dengan satuasi pasar. Hal ini bisa diartikan bahwa keadaan harga naik turun produksi tidak akan terpengaruh karenanya.
Ditinjau dari aspek produksi dan
perdagangan teh dunia, maka
·
Mempertahankan
daya saing teh Indonesia melalui upaya peningkatan mutu dan pengendalian biaya
produksi.
· Mengenal selera konsumen, termasuk didalamnya adalah perubahan selera mereka.
· Perluasan segmen pasar melalui usaha diversifikasi produk.
· Ditinjau dari segi mutu dapat dipastikan dalam keadaan pasokan yang melimpah, para konsumen akan lebih selektif untuk memilih teh yang bermutu tinggi dan mengesampingkan teh bermutu rendah.
3. Pola Produksi
Tanaman teh tumbuh subur di daerah tropis dan subropis dengan menuntut cukup sinar matahari dan hujan sepanjang tahun. Memperhatikan kondisi demikian, sebenarnya pengelolaan tanamannya hampir dapat dilakukan sepanjang tahun, sehingga hasil pucuk yang dapat dipanen merata sepanjang tahun pula. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sebaran produk teh setiap tahunnya adalah hampir sama antara semester I dan semester II.
Comments
Post a Comment