PENGARUH TINGKAT DOSIS PEMUPUKAN P (SP-36) YANG BERBEDA TERHADAP INTENSITAS SERANGAN GEMINIVIRUS, PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill)

 

I. PENDAHULUAN

 

1.1.  Latar Belakang

Tanaman tomat (Lycopersicon esculentum Mill) merupakan sayuran yang terpenting sesudah kentang.  Kebutuhan tomat sebagai bahan konsumsi di Indonesia terus meningkat baik dalam skala ekspor maupun impor. Ekspor-impor hortikultura mengalami perkembangan yang fluktuatif. Sebelum krisis ekonomi ekspor tomat dari Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan impor namun setelah krisis ekonomi impor selalu melebihi ekpor. Tahun 1995, Indonesia mengekspor komoditas tomat sebesar 3,11 ribu ton dengan nilai 0,99 juta $US, dan tahun 2004 jumlahnya meningkat menjadi 4,35 ribu ton dengan nilai sebesar 3,31 juta $US.  Sedangkan untuk impor pada tahun 1995 sejumlah 5,63 ribu ton dengan nilai sebesar 5,06 juta $US dan tahun 2004 menjadi 8,56 ribu ton yang nilainya 5,56 juta $US (Dirjen Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2004).

Dalam budidaya tomat, petani banyak mengalami berbagai masalah seperti adanya serangan patogen virus antara lain Tobacco Mosaic Virus (TMV), Double Streak Virus (TMV dan Potato Virus X), Tomato Spotted Wild Virus (TSWV), Tomato Ringspot Virus, Cucumber Mosaic Virus (CMV) (Sherf dan Macnab, 1986), dan akhir-akhir ini dilaporkan terjadi serangan Geminivirus (Sulandari, 2004).

 Geminivirus dilaporkan telah tersebar di beberapa propinsi antara lain Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Lampung, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Nangroe Aceh Darussalam, Bengkulu, Bali, Kalimantan Timur, dan Gorontalo.  Kerugian yang diderita oleh petani cabai mencapai Rp. 7,3 miliar.  Serangan penyakit Geminivirus atau juga disebut virus kuning yang paling luas terjadi di Sumatera Barat dengan luas 213,3 hektar.  Dari luas serangan itu, sebanyak 1,4 hektar mengalami puso.  Setelah Sumatera Barat, virus ini juga menyerang Jawa Tengah dengan luas areal 188,2 hektar dengan kategori serangan ringan, sedang, dan berat atau tidak ada puso (Anonim, 2005a).

Tipe dan tingkat kerusakan pada tanaman budidaya juga dipengaruhi oleh banyak faktor.  Salah satu diantaranya adalah kerentanan tanaman.  Kerentanan tanaman dipengaruhi oleh sifat ketahanan tanaman.  Setiap tanaman mempunyai ketahanan yang berbeda terhadap infeksi suatu jenis patogen, dimana salah satu respon tanaman terhadap adanya gangguan patogen adalah munculnya suatu bentuk ketahanan.  Agrios (1996) mengemukakan bahwa respon tanaman terhadap serangan virus bergantung pada perbedaan strain atau isolat virus, varietas tanaman, cara penularan, dan faktor luar (lingkungan) yang mempengaruhi perkembangan penyakit.. Kesuburan tanah sebagai faktor fisik lingkungan secara langsung dapat mempengaruhi tingkat ketahanan dan produksi tanaman.  Beberapa faktor seperti jumlah air, kandungan oksigen, dan nutrisi dapat mempengaruhi tingkat kesuburan tanah (Brown, 1980). 

Unsur P merupakan unsur essensial yang dapat meningkatkan ketahanan tanaman melalui peningkatan keseimbangan unsur hara dan berperan dalam pertumbuhan generatif tanaman terutama bunga dan buah serta merangsang pertumbuhan akar-akar baru dari tanaman muda (Lingga dan Marsono, 2002). Hasil penelitian Susanti (2005) menunjukkan bahwa  dosis pupuk P 100 kg/ha keatas yang diberikan pada kacang panjang dapat mengurangi penghambatan pertumbuhan dan meningkatkan ketahanan tanaman yang terinfeksi Cowpea Aphid-borne Mosaic Virus (CAMV).  Sedangkan pemberian pupuk P (SP-36) dengan dosis 228 kg/ha merupakan dosis yang paling baik untuk diberikan pada tanaman kacang hijau pada jenis tanah alfisol karena dapat mengurangi tingkat intensitas serangan Black Gram Mottle Virus (BGMV) (Lestari, 2003).  Pada tanaman cabai yang diberikan tingkat pemupukan Fosfor 50 kg/ha dapat menahan multiplikasi virus dalam jaringan tanaman cabai sehingga virus CMV lambat dalam menampakkan gejala serangan (Subianto, 1999). Siagian dan Syarif (1994) mengemukakan bahwa pemberian pupuk P yang cukup akan membantu perkembangan tanaman untuk menghasilkan produksi buah yang lebih baik pada tanaman tomat.   

Mekanisme Fosfor dalam meningkatkan ketahanan tanaman adalah melalui keseimbangan unsur hara pada tanaman atau mempercepat kematangan tanaman sehingga memungkinkan tanaman terhindar dari infeksi patogen yang lebih menyukai jaringan muda (Agrios, 1996).  Menurut Mattews (1981), bahwa keseimbangan ketersediaan unsur P dapat mempengaruhi serangan virus, seperti pada saat jumlah N yang tinggi sedangkan jumlah P yang rendah dapat mempengaruhi jumlah lesio lokal oleh serangan CMV pada tanaman Chenopodium amaranticolor

Sejauh ini informasi tentang pengaruh pupuk P terhadap serangan virus banyak dilakukan pada virus-virus selain golongan Geminivirus, sedangkan informasi tentang pengaruh pupuk P terhadap Geminivirus masih belum banyak dilakukan sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai hal tersebut.  Untuk itu penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui pengaruh pupuk P terhadap tingkat serangan Geminivirus pada tanaman tomat, pertumbuhan dan produksi  tanaman tomat.

 

1.2.  Permasalahan

a.       Bagaimana pengaruh penggunaan pupuk P (SP-36) dengan tingkat dosis berbeda terhadap intensitas serangan geminivirus pada tanaman tomat?

b.      Apakah pupuk P dengan tingkat dosis yang berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tomat?  

1.3.  Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat (dosis) pemupukan P (SP-36) terhadap intensitas serangan Geminivirus pada tanaman tomat, pertumbuhan dan produksi tanaman tomat.

1.4.  Hipotesis

Pemberian pupuk P (SP-36) dengan dosis yang berbeda berpengaruh terhadap intensitas serangan Geminivirus, pertumbuhan dan produksi tanaman tomat (L. esculentum Mill).

1.5.  Manfaat

Penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan informasi tentang pemberian tingkat (dosis) pupuk P (SP-36) yang tepat untuk mengurangi intensitas serangan Geminivirus pada tanaman tomat.

 

 

 

 

Comments

Popular posts from this blog

Perkembangan Teh di Indonesia

Wong Teh